Jumat, 25 Desember 2015

SAHABATSEJATI



SAHABAT SEJATI

Persahabatan memang tidak selalu berakhir bahagia. Sama seperti cinta, persahabatan juga membutuhkan pengertian. Persahabatan tidak berbicara tentang ego ataupun rahasia. Namun aku berharap, persahabatanku ini tidak akan ada akhir bahagia ataupun sedih. Karena persahabatanku ini, untuk selamanya.
Namaku Anita, gadis berusia 19 tahun yang sedang menjadi mahasiswi di salah satu Universitas swasta di bekasi. Tidak ada yang istimewa dariku, karena aku berusaha hidup sesederhana mungkin. Tidak banyak tingkah, hanya menikmati alur yang telah Tuhan berikan. Aku memiliki seorang sahabat. Aku mengenalnya waktu kami menginjak bangku SD. Gadis itu bernama BanyGita. Waktu itu, kami masih SD dan belum mengerti apa itu persahabatan dan cinta. Sangat polos dan ceria, itulah kami. Masa kecil kami berlari bersama mengejar sang mentari. Hingga saat kami menempuh sekolah ke jenjang SMP, kami memilih untuk masuk ke sekolah yang sama. Hampir setiap hari kami bertemu, melewatkan waktu bersama. Bany adalah gadis yang selalu ceria, dia membawa awan putih disaat hariku penuh awan mendung. Dia anggun, pintar, dan selalu membuat orang lain merasa damai bersamanya. Aku selalu menggoda orang-orang di sekitarku.karena aku termasuk orang yang iseng. Tidak terkecuali dengan Bany, aku sering menjailinya.
Terkadang memang aku keterlaluan, dan Bany selalu memberiku pengertian. Sikapnya itulah yang membuatku selalu nyaman berada di dekatnya. Aku mencoba membalas semua kesabarannya. Aku berharap dia selalu ada di sampingku dan aku selalu ada baginya. Akan tetapi waktu terus berjalan dan memudarkan angan-angan kami. Sampai pada saat kami lulus dari SMP dan melanjutkan ke SMA. Bany mengajakku mendaftar ke SMA yang sama dengannya. Namun karena faktor orangtua, aku disekolahkan berbeda dengannya.aku disekolahkan disebuah SMA swasta yang Elite karena orangtuaku ingin aku bergaul dengan orang-orang yang berasal dari kalangan yang jelas. Semenjak itu kami semakin sering melewatkan semua kebersamaan kami. Bany mengarungi hidupnya bersama teman barunya dan akupun sama.
Jarak antara aku dan Bany semakin terasa. Membuatku menyesali semua itu. Andai saat itu aku menolak orangtuaku, pasti semua itu tidak akan pernah terjadi. Namun siapa aku? Aku hanya anak biasa yang harus manaati peraturan dari orangtuaku. Mungkin inilah jalan yang harus kami tempuh.
Sampai saat kami lulus SMA, kedekatan kami mulai memulih dari kondisi kritis. Aku mencoba menghubunginya. Bany memang sudah berbeda. Memang persahabatan kami berlatarkan perbedaan. Dari emosi, hobby, makanan favorit,agama,ekonomi hingga idola hingga kami sering berantem kecil. Namun tetap semua itu beralaskan dengan tawa canda. “Ingat gak masa kecil kita?” tanya Bany. Aku menjawab dengan cuek, “engga, kenapa?”. Tiba-tiba dia tertawa, “haha.. dulu kita pernah menembak cowo memalui surat bareng-bareng dan akhirnya diketahui oleh anak sekelas san kita ditertawakan”
“Oh iya..hahaha saat-saat paling memalukan,” tepisku. bany semakin keras tertawa saat mendengar perkataanku. Sebenarnya, aku selalu ingat betul kenangan itu. Bahkan surat kami waktu itu masih rapi tersimpan di lemariku. Kami mungkin bukan hanya sebagai sahabat. Namun sebagai saudara. Aku menyayanginya sebagai adikku. Kuberikan perhatianku dan pengertianku. Bany adalah satu-satunya sahabat yang sangat memahami diriku.
Kini kami telah memasuki gerbang kedewasaan. Di mana kami telah mampu memikirkan masa depan. Menanggapi dunia dengan kata-kata bijak. Menangis karena cinta. Beranjak dari komik menjadi novel dan cerpen cinta. Kini kami telah mengerti bahwa persahabatan itu adalah pengertian dan perbedaan mengindahkannya. Juga tentang cinta, bukan hanya untuk orang yang kami sebut pacar. Tetapi juga untuk orang yang sering kami panggil sahabat. Sedangkan pengertian sahabat bagiku hanya satu kata. “Dia…”
Karangan: Anita Damayanti Facebook: Anita Damayanti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar