SAHABAT SEJATI
Persahabatan memang tidak selalu berakhir
bahagia. Sama seperti cinta, persahabatan juga membutuhkan pengertian.
Persahabatan tidak berbicara tentang ego ataupun rahasia. Namun aku berharap,
persahabatanku ini tidak akan ada akhir bahagia ataupun sedih. Karena
persahabatanku ini, untuk selamanya.
Namaku Anita, gadis berusia 19 tahun yang sedang
menjadi mahasiswi di salah satu Universitas swasta di bekasi. Tidak ada yang
istimewa dariku, karena aku berusaha hidup sesederhana mungkin. Tidak banyak
tingkah, hanya menikmati alur yang telah Tuhan berikan. Aku memiliki seorang
sahabat. Aku mengenalnya waktu kami menginjak bangku SD. Gadis itu bernama BanyGita.
Waktu itu, kami masih SD dan belum mengerti apa itu persahabatan dan cinta.
Sangat polos dan ceria, itulah kami. Masa kecil kami berlari bersama mengejar
sang mentari. Hingga saat kami menempuh sekolah ke jenjang SMP, kami memilih
untuk masuk ke sekolah yang sama. Hampir setiap hari kami bertemu, melewatkan
waktu bersama. Bany adalah gadis yang selalu ceria, dia membawa awan putih
disaat hariku penuh awan mendung. Dia anggun, pintar, dan selalu membuat orang
lain merasa damai bersamanya. Aku selalu menggoda orang-orang di sekitarku.karena
aku termasuk orang yang iseng. Tidak terkecuali dengan Bany, aku sering
menjailinya.
Terkadang memang aku keterlaluan, dan Bany selalu
memberiku pengertian. Sikapnya itulah yang membuatku selalu nyaman berada di
dekatnya. Aku mencoba membalas semua kesabarannya. Aku berharap dia selalu ada
di sampingku dan aku selalu ada baginya. Akan tetapi waktu terus berjalan dan
memudarkan angan-angan kami. Sampai pada saat kami lulus dari SMP dan
melanjutkan ke SMA. Bany mengajakku mendaftar ke SMA yang sama dengannya. Namun
karena faktor orangtua, aku disekolahkan berbeda dengannya.aku disekolahkan
disebuah SMA swasta yang Elite karena orangtuaku ingin aku bergaul dengan
orang-orang yang berasal dari kalangan yang jelas. Semenjak itu kami semakin
sering melewatkan semua kebersamaan kami. Bany mengarungi hidupnya bersama
teman barunya dan akupun sama.
Jarak antara aku dan Bany semakin terasa.
Membuatku menyesali semua itu. Andai saat itu aku menolak orangtuaku, pasti semua
itu tidak akan pernah terjadi. Namun siapa aku? Aku hanya anak biasa yang harus
manaati peraturan dari orangtuaku. Mungkin inilah jalan yang harus kami tempuh.
Sampai saat kami lulus SMA, kedekatan kami mulai
memulih dari kondisi kritis. Aku mencoba menghubunginya. Bany memang sudah
berbeda. Memang persahabatan kami berlatarkan perbedaan. Dari emosi, hobby,
makanan favorit,agama,ekonomi hingga idola hingga kami sering berantem kecil.
Namun tetap semua itu beralaskan dengan tawa canda. “Ingat gak masa kecil
kita?” tanya Bany. Aku menjawab dengan cuek, “engga, kenapa?”. Tiba-tiba dia
tertawa, “haha.. dulu kita pernah menembak cowo memalui surat bareng-bareng dan
akhirnya diketahui oleh anak sekelas san kita ditertawakan”
“Oh iya..hahaha saat-saat paling memalukan,”
tepisku. bany semakin keras tertawa saat mendengar perkataanku. Sebenarnya, aku
selalu ingat betul kenangan itu. Bahkan surat kami waktu itu masih rapi
tersimpan di lemariku. Kami mungkin bukan hanya sebagai sahabat. Namun sebagai
saudara. Aku menyayanginya sebagai adikku. Kuberikan perhatianku dan
pengertianku. Bany adalah satu-satunya sahabat yang sangat memahami diriku.
Kini kami telah memasuki gerbang kedewasaan. Di
mana kami telah mampu memikirkan masa depan. Menanggapi dunia dengan kata-kata
bijak. Menangis karena cinta. Beranjak dari komik menjadi novel dan cerpen
cinta. Kini kami telah mengerti bahwa persahabatan itu adalah pengertian dan perbedaan
mengindahkannya. Juga tentang cinta, bukan hanya untuk orang yang kami sebut
pacar. Tetapi juga untuk orang yang sering kami panggil sahabat. Sedangkan
pengertian sahabat bagiku hanya satu kata. “Dia…”
Karangan: Anita Damayanti
Facebook: Anita Damayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar